04 Januari 2008

Pasif Income Untuk Dunia, Pasif Amal Untuk Akhirat

Kalau sekarang banyak orang rame-rame berusaha bebas finansial, mengapa tidak sekaligus memikirkan kehidupan akhirat dengan lebih serius?

Mungkinkah seseorang bekerja bukan (cuma) untuk uang?
Sangat mungkin, yaitu bila motivasinya untuk amal. Bagaimana seseorang dapat bekerja dengan motivasi kuat untuk amal?
Jawab : umur manusia sangat singkat, sementara peluang akhirat cuma sekali. Bila Anda sudah sepakat adanya jalan ‘cerdik’ untuk mendapatkan penghasilan dengan pasif income, semestinya Anda segera setuju dengan jalan ‘cerdik’ pasif amal ini.
Jalan cerdik itu adalah amal jariyah, yaitu Wakaf barang yang bermanfaat
Anak yang shaleh Wakaf esensinya adalah sesuatu yang bisa ditarik manfaatnya terus-menerus, misalnya tanah yang bisa digunakan untuk bangunan masjid. Jembatan yang menghubungkan dua jalan. Saya bukan ahli fikih, bagi saya sebuah organisasi yang sebenarnya adalah sebentuk ‘bangunan sistem’ juga memiliki karakteristik amal jariyah. Jadi menurut saya amal jariyah dapat berbentuk infrastruktur baik hard maupun soft. (mohon masukan nih)
Ilmu yang bermanfaat mempunyai esensi pemberdayaan. Semua bentuk pemberdayaan bagi saya mempunyai nilai ilmu yang bermanfaat.
Anak yang shaleh adalah yang paling dahsyat. Seperti halnya konsep MLM yang terus berkembang, anak yang shaleh berpotensi berkembang tak terbatas, baik dari keturunan berikutnya, maupun jumlah dan jenis amalnya. Tak heran kiranya disebutkan bahwa karunia terbaik adalah anak yang shaleh.
Kalau kita menyadari betapa dahsyatnya pasif amal ini (amal jariyah), maka kita akan berfokus untuk bekerja dengan tujuan :
Membuat sistem yang manfaatnya akan diambil orang banyak terus-menerus (ini hakikatnya seperti berwakaf). Saya terkesan dengan Haji Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Muhammadiyah. Beliau dengan organisasinya tersebut terus-menerus hingga sekarang masih beramal shaleh, karena bangunan organisasinya terus dipergunakan jamaahnya. Sama juga halnya dengan mereka yang mendirikan perusahaan dan memberikan manfaat kepada beribu-ribu orang sesudahnya. Andai semua itu diniatkan dengan benar, maka nilai ibadahnya akan terus mengalir.
Memberdayakan orang lain dengan ilmu, dan tidak segan mewariskan ilmu tersebut kepada orang lain. Dalam hal ini juga termasuk mendokumentasikan (tulis, video, rekam) ilmu.
Mendidik pengganti dirinya yang mempunyai kemampuan sama bahkan lebih baik untuk generasi mendatang. Mendidik bermakna lebih dalam daripada sekedar menularkan ilmu, yaitu melatih baik karakter maupun kompetensi. Salah satu hal yang saya yakin mengalirkan amal jariyah adalah menyekolahkan seseorang. Tentu saja nilainya masih di bawah merawat secara total seperti misalnya merawat anak yatim.
Di dunia internet banyak sekali hal yang diwakafkan, misalnya jaringan internet itu sendiri. Software Linux misalnya, juga merupakan contoh kerja bersama yang diwakafkan. Bila ditinjau lebih jauh, maka produk Linux seakan tanah yang diwakafkan. Selain itu open source nya merupakan ilmu yang diwariskan. Tentu saja kembali kepada niat pembuatnya, apa untuk amal atau untuk ketenaran semata. Linux sendiri merupakan contoh keberhasilan konsep ‘kontribusi sedikit untuk mengambil lebih banyak’.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mohon izin saya copy tulisannya, buat coleksi pribadi.
salam kenal
http://tnicom.blogspot.com