04 Januari 2008

Ilmu Akumulatif

Merasa sudah banyak belajar tapi tidak makin pintar? Merasa sudah banyak baca buku, training, dengar berita, konsultasi, dsb, tapi tak juga ada kemajuan dalam hidup?
Berarti ilmu Anda tidak akumulatif. Terlalu banyak variasi sehingga tidak pernah mencapai penguasaan sempurna (mastery), juga tidak bisa mencapai pemahaman esensiil (wisdom). Jenis pembelajaran seperti ini tentu salah.

Kalau hobi kita menonton gosip selebriti, atau baca berita kriminal, padahal pekerjaannya akuntan, maka semua ilmu gosip tersebut sia-sia. Tidak akumulatif, bahkan tidak penting bagi Anda. Hanya kalau Anda mau menulis riset kehidupan selebritis, barulah mungkin berguna (walaupun menurut saya jangan sia-siakan hidup Anda untuk ngurus aib orang).

Sebuah buku berjudul Toyota Talent, tulisan Jeffrey Likers, menuturkan bagaimana rahasia Toyota membina karyawannya. Kunci kesempurnaan adalah merancang kegiatan harian sebagian besar (anggap 80%) adalah rutinitas. Hanya sedikit hal yang baru. Misalnya bertugas memasang ban, maka harus terus dilakukan hingga ahli (mastery). Setelah ahli maka dia ditugaskan ‘menyempurnakan’ cara memasang ban. Dengan cara seperti ini maka pengetahuannya menjadi akumulatif.
Pengetahuan akumulatif ibarat menanam pohon yang akan tumbuh besar. Nanti akan ada buahnya. Sedangkan yang tidak akumulatif ibarat menanam rumput yang tak akan berbuah.
Sudahkah setiap hari secara sadar Anda mencari pengetahuan yang akumulatif?

Tidak ada komentar: